Kamis, 19 Juli 2012

Happy time

Summer night. Saturday 14 July 2012.
Gourmet World, Kemang.


I attended a farewell party my colleague work who his loyalty truly remarkable. Get-togethers as well  before the month of Ramadan.
I  confused. I can't describe with words.
I just feel happy to mingle and get to know better my office.







I am happy,
Enough.








Senin, 16 Juli 2012

I'm Like a Summer afternoon

 
Hey summer. I want go to amusement park and ride ferrish wheel . Eating super jumbo ice cream. I wanna wear oversized  jacket, sun-colored T-shirt, and cute suede boots .  Then I will go to the beach and sleep under the afternoon sun.






Musim panas.
Aku sangat menyukai musim panas.
Aku suka matahari sore di musim panas.
Matahari, langit biru dan laut.
Sinar matahari sore yang cerah, langit biru yang indah, derap langkah orang berlari dengan ceria, tawa lepas, angin jahil yang menerpa tubuh mu dan debur ombak yang menggema yang sarat akan semangat dan kekuatan juga kebebasan.

Disini aku sulit menemui laut.
Aku rindu bau laut. Aku ingin tidur dibawah matahari sore dan makan begitu banyak es krim.

Musim panas.
Dimana sangat banyak sekali hal-hal besar yang terjadi dalam hidupku.
Mulai dari hal tersedih hingga hal terhebat sekaligus.
Kadang aku berfikir. mengaapa kehidupan ku begitu dinamis? 
Mengapa perputaran nya begitu kencang sehingga aku takut untuk menikmatinya?
Mengapa begitu banyak drama yang terjadi? Tahukah? itu sangat menyebalkan.

3 musim panas terakhir ini mungkin memjadi sebuah satu fase hidup ku menuntut aku harus menjadi lebih dari hari kemarin. Lebih dewasa. 
Aku berharap, musim panas kali ini menjadi suatu titik balik, awal dari kecerian setelah musim hujan biru kemarin.
Aku ingin terus ceria dan bersinar. Seperti sore di musim panas.
Tertawa dan berlari. Bebas..


Welcome my  dear , Summer.
Summer afternoon.
Please be nice.


Sincerely, Minati arta.





TIME TRAVELLER MEMORY : CHILDHOOD (Bag. I)

 
Sepotong kenangan masa kecil.

Terlahir seorang anak perempuan secara tidak ter-planing disebuah keluarga besar yang ketika ia dalam kandungan, ia sudah siap memiliki teman bernama…. Keponakan.
Lahir sehat, dengan rambut hitam tebal seperti landak, wajah mungil, kulit putih bak boneka cina yang lucu. Hampir setiap hari rumah itu ramai orang-orang yang ingin melihat dan memberi salam selamat datang di dunia ini untuk nya. Dan hampir setiap pagi pula kakak kandungnya ikut menemani ia berjemur dibawah sinar matahari pagi sambil menjilati kulit wajah sang bayi.
Prediksi mereka kala itu, “Bayi lucu ini akan menjadi yang tercantik di dalam rumah, yang paling cerdas, dan yang paling bersinar “

Tapi mereka salah.

Bayi itu tumbuh menjadi anak perempuan biasa-biasa saja. Hanya anak perempuan aneh yang mempunyai dunia sendiri di dalam kepalanya. Serta rambut yang tidak pernah berubah dari ia lahir hingga lebih dari 23 tahun hidup nya. 

 (Aku, 1 tahun. Dipangku ibu. Bersama kakak ke-2 dan kelima. Serta kakak ipar)


***
Aku belum bisa bicara kala itu. Mungkin umurku sekitar satu atau dua tahun.  Ingatan ku juga masih samar-samar.
Namun masih ada satu dua cuplikan memory yang cukup melekat hingga saat ini.
Kenangan itu didominasi dengan warna kuning, terlihat begitu lawas namun juga membekas.
Dipandangan ku ada halaman rumah yang dikelilingi oleh pagar bonsai setinggi manusia, hijau, segar, kokoh. Seperti benteng penjaga rumah.

Ada beberapa petak tanah yang dibercaki becek air hujan, dan  sepasang angsa galak yang mengejar-ngejar orang-orang yang melintas. Lalu mereka akan berlarian sambil tertawa.


**
(Aku, ANCOL -1993) 

Sepertinya disebuah pekarangan belakang rumah. Terlihat beberapa tali jemuran melintang di beberapa sudut. Pembatas halaman itu adalah pagar seng yang sudah berkarat kecoklatan. Dipinggirnya terdapat beberapa kembang sepatu dan pohon ubi kayu yang baru akan tumbuh. Pagar itu adalah pembatas antara rumah kami dan tetangga anti social yang pelit dan botak. Mereka sering menggerutu tak tentu arah, bahkan ketika buah belimbing masak dari tanah nya jatuh ke pekarangan kami, dia menggerutu lagi.
Sementara dibagian kanan terdapat bertumpuk-tumpuk barang tidak terpakai. Mungkin pekarangan ini juga sebagai gudang.
Hari itu tidak begitu cerah. Di hadapan ku ada seorang bocah lelaki berusia sekitar 8-9 tahun. Dia memegang sebuah remote control berusaha menerbangkan sebuah mainan helikopter yang pada masa itu terlihat begitu keren.  Dia mengajak ku berbicara
Dek. Keren kan mainan kakak? Disini belum ada yang punya. Lihat tuh .. tuh.. bisa terbang..” 
ujarnya kegirangan sambil sibuk menggerakan jempolnya ke kiri dan kekanan.

Aku hanya diam. Karena aku belum bisa berbicara kala itu.

Pelan-pelan, helikopter itu terbang… terbang… mulai mengitari tepat diatas kepala si bocah lelaki.  Bocah lelaki itu mengumpat sembari tertawa girang. Si helikopter mulai semakin lincah ke kiri dan kekanan.. lalu sekilas kemudian  terhuyung-huyuung  menabrak beberapa potong pakaian dijemuran. Sesaat kemudian, helikopter muncul kembali kepermukaan. Dan dia tidak sendiri. Di ujung kakinya tersangkut selembar kain seperti kacamata… dan ya. Mungkin itu yang dinamakan Bra. Sontak si bocah lelaki berteriak kencang memanggil-manggil kakak no. 5, sembari tergelak tentunya.


**
Disebuah ruangan. Gelap. Lantai nya dari semen, Serta bau cat yang masih baru. Aku melihat seorang gadis dengan wajah mungil, kullit kuning langsat dan hidung kecil yang mancung. Dia sepertinya sedang mengasuhku.
Didepan ku dibawakan nya sebuah boneka dakocan yang terbuat dari plastik. Boneka itu harus ditiup diisi angin terlebih dahulu. Ia menjejalkan boneka berwajah jelek itu kepadaku..dan aku teriak ketakutan sambil memeluk nya.
Dia tertawa.
Ayo ngomong R….kaya manggil ayam tuh. KRRRRRRR~ KRRRRRR~  ayo coba…”

Aku bergumam sambil menjetik-jentikan jari ku, seperti memanggil ayam.

“KELLLLLLL~ KELLLLLLL~”
Gadis itu tertawa terbahak.

**
Sore hari sepertinya. Setelah dari pagi Ibu membawa ku ke tukang foto untuk membuat pas foto pendaftaran masuk Taman kanak-kanak. Sehabis mandi. Rambut ku yang tebal disisir kebelakang, setebal bedak dan cemong yang  mampir di muka ku. Aku duduk manis diruang TV. Menunggu teman-teman ku akan datang untuk menumpang nonton serial jepang “Kamen Rider” atau satria baja hitam. Teman ku yang datang tidak hanya satu atau dua orang.  Tapi mungkin nyaris satu RT.
Jadi bisa dibilang, di daerah tempat tinggalku dulu hanya beberapa keluarga yang mempunyai parabola yang bisa menyiarkan stasiun TV RCTI agar bisa menonton kamen rider. Dulu kita belum memasang parabola. Tapi setelah kejadian kakak ku yang ingin menumpang menonton kamen rider di rumah tetangga yang kaya, ia dimintai uang sebesar 50 rupiah setiap menonton disana. Begitu pun juga anak-anak lain. Ayah ku mendengar dan dia tidak senang dengan itu. Akhirnya kami memasang parabola, dan anak-anak lain pun hijrah menonton kamen rider kerumah kami trampa dipungut biaya apapun. Aku adalah orang yang paling girang dengan situasi ini. Aku suka rumah ku ramai, banyak teman.

Tikar digelar di depan tv berwrna bermerk goldstar. Di rak tv tersebut terdapat sebungkus cetakan foto hitam putih. Fotoku tadi pagi.
Orang-orang berdatanagan. Riuh. Nonton bersama pun dimulai.
Setelah selesai ada keriuhan kecil disana.
Beberapa anak tertawa dan mengintimidasi salah satu anak berusia 8 tahunan yang tampak ketakutan. Muka nya yang mirip suku dravida terlihat pucat pasi seperti ayam yang hendak di sembeli h besok. Kakak ku mendatangi kerihan tersebut
kenapo nih?”
itu kak..si Toto. Dio ketawan maling..” ujar satu anak sambil menujuk si anak keling dengan mata  belo yang sedang memegangi kantong bajunya erat-erat.
“Hah maling apo? sini coba tengok! ” sambar kakaku.
Dengan takut-takut Toto mengeluarkan selembar pas foto hitam putih dari saku nya.

Yak . dia mencuri selembar foto 3x4 milik ku.
Kemudian satu ruangan tertawa sembari menggoda toto.

cieee toto naksir Mimin yaa….cieee sampe maling foto nyo diem-diem.."

Toto diam. Malu-malu.
Seisi ruangan tertawa. Mereka ikut menggodaku. Aku hanya diam belum begitu mengerti apa yang mereka katakana.

Dan sepanjang masa kecil ku, mereka mengolok-ngolok bahwa aku adalah pacar toto.
(Aku , 2 tahun. Taman Mini Indonesia)

**

Aku punya tetangga yang memiliki keluarga besar sama seperti keluarga ku.
Salah satu anaknya bernama Tari. Tapi sering dipanggil “cengkurik” oleh orang-orang.
Cengkurik = bekas luka bulat-bulat di kaki dan tangan.
Usia nya sekitar 12 tahun. Dia suka mengajak ku bermain.
Suatu sore dia memboncengku dengan sepeda balap milik kakaku dengan frame lurus dan tinggi.
Hingga petang kita masih berjalan jalan. Ketika akan sampe rumah, aku tudak sadar kaki ku begitu dekat dengan jari-jari. Sekejap kaki ku masuk jari-jari sepeda itu dan kita jatuh ketanah. 

KAKI KU MASUK JARI-JARI SEPEDA! Itu sakit sekali!

Aku ketakutan dan menangis, tapi mungkin Tari lebih ketakutan lagi.
Orang-orang berkerumun. Keluarga, ayah dan ibuku juga berkerumun.
Suasana genting dan orang—orang tampak ketakutan, tapi ayahku meyakinkan semua akan baik-baik saja. Ah aku tau kamu ayah. Kamu sedang berbohong, aku lihat raut muka mu kerakutan. Dia mengelus-ngelus rambut sembari menenangkan ku.

Aku fikir aku akan mati saat itu,
Lalu ada seorang laki –laki yang membawa beberapa kunci dan pelan-pelan membuka jari-jari tersebut. Ya sambil menangis aku dikerumuni orang-orang dengan sebelah kaki nyangkut di jari-jari sepeda. Ah buruk sekali.

**
Masih dengan tari. Aku memanggilnya “Yuk Tarik’
Waktu itu masih duduk di taman kanak-kanak.
Dia sering mengajak ku bermain hingga sore. Saat petang ia akan membawa ku pulang kerumah. Lalu ia pulang kerumah nya yang hanya berjarak 30 meter dari rumah ku.
Petang itu setelah mengantar ku pulang, ia pun pamit pulang kerumah.
Hari sudah maghrib.

yuk mau kemana jangan balek lah..” ujarku sambil mengikutinya keluar,
Mimin dak boleh main lagi, maghrib.. kagek disumputin wewe..” ujarnya.
Dia berjalan pulang kerumah nya, setelah sempat menyuruhku masuk kerumah. Tapi dia tidak sadar bahwa aku sedang mengikutinya.
Aku mengendap – ngendap mengikutinya. Di sekitar rumah ku sudah sangat sepi. Tidak ada orang yang keluar rumah, aku bersembunyi dibalik bangku semen persegi panjang.  Melihat yuk tari masuk kedalam rumahnya.
Tidak lama…entah energi darimana. Tau-tau dari arah belakang seperti ada yang mendorong  kepala ku ke bangku semen itu. Kuat sekali. Aku sempat tidak sadar beberapa detik. Lalu tiba-tiba bibir kiri ku perih sekali.
Aku pegang bibirku dengan telunjuk. Dan darah segar menempel di telunjuk ku.
Aku kaget . aku meringis. Aku liat sekelilingku, tidak ada siapa-siapa.jadi siapa yang mendorong ku barusan? Ah pengecut sekali! Umpatku.

Aku berjalan terhuyung-huyung kerumah sambil memandangi bercak darah di telunjuk ku.

Didalam rumah aku bertemu ibuku, dan mengadu pada nya.
Buk…bibirku berdarah”
Ibu ku menoleh dan sontak menjerit ketakutan. Berikut nnya dia menangis kencang sambil menggendong ku.
“AAA anak ku… pak.. pak mimin bibirnya berdaraaahh ini kenapa…”
teriak ibu ku sembari berlari ke kamar. Keluarga ku berhambbur keluar. Terlihat kengerian diwajah mereka.
dek.. kenapa… ini siapa yang nganu…” tanya salah seorang kakak ku.

panggil tarik… panggiilllll…” teriak ibuku sambil menangis. Entah lah. Erangan ibuku membuat aku semakin ketakutan.

Mungkin ini sangat buruk. Apakah aku akan mati setelah ini?
Akupun ikut menangis kencang. Bukan karena sakit dibibir. Tapi karena ibuku menangis histeris seperti aku sudah mati dan dia sedang menggendong mayatku.

Aku ceritakan kejadian nya. Dan sepakat mereka berasumsi bahwa aku. “Di isengin setan”. Dan berulang ulang mereka mengatakan agar aku jangan sekali-kali keluar ketika maghrib.

Aku masih menangis sejadi-jadinya.
Sambil ayahku membawaku keruang praktik nya. Dia memberi pilihan apakah aku ingin dijahit agar  bibir bawah kiri ku yang sobek tidak berbekas kelak, atau hanyaa dibersihkan dan diberi betadine dengan resiko akan berbekas sampai aku dewasa.

Aku menangis lagi. Aku mebayangkan bibir kiri ku dijahit dan harus disuntik dengan alat suntik ayahku yang jarum nya sangat besar dan mengerikan.

Aku memilih, luka ini membekas di sudut bibir ku hingga aku besar.

Dan ya.. hingga kini, jika diperhatikan masih ada sedikit tonjolan bekas luka.di bagian bawah bibir kiri kiri ku.