Selasa, 04 September 2012

Another random night



Aku merasa sedang berada di titik bawah dalam proses menuju pendewasaan ini. Saat dimana gamang akan jalan hidup yang aku pilih. Saat dimana aku merasa tidak berguna. Dimana aku yang penuh imajinasi dan khayalan –khayalan bodoh yang mewarnai hari hari ku? Sudah aku pupuk semangat sejak awal aku menginjakan kaki dan memutuskan untuk hijrah ke kota ini. Aku putuskan untuk melawan arus, dan  mencoba bertahan di sini. Sendiri.
Sejak awal itu tidak mudah. Melewati ujian demi ujian, proses belajar dari nol, beradaptasi berusaha mengenal lingkungan disekitar belajar agar bisa “diterima”.  Yah aku tahu. Semua orang sukses diluar sana pernah mengalami fase seperti yang aku alami sekarang--- kecuali dia terlahir sebagai anak konglomerat yang harta kakek buyutnya tidak habis tujuh turunan.
Dan alhamdulilah, pelan-pelan aku bisa melewati nya. Aku sudah mulai nyaman berinteraksi, dan berusaha mengerti tiap karakter-karakter orang yang aku temui.
Hanya saja… kenapa tiba-tiba malam ini semangat ku hilang?
Aku merasakan tersesat kembali seperti diawal aku menginjakan kaki dikota ini. Seperti anak kelinci yang tersesat di hutan rimba.
Berkali kali aku push- semangat hingga On kembali.
Yah, mungkin aku hanya perlu sedikit dorongan dari orang-orang terdekatku. Seperti ketika aku mudik lebaran kemarin, support dan kasih sayang keluarga dan sahabat-sahabat menghasilkan energi yang luar biasa untuk kembali ke Ibu kota.
Bagi mereka aku hebat. Berani menginjakan dan berusaha mencari nafkah di kota sebesar ini? Sendiri?  Bukan hebat, lebih tepat nya nekat.

Yah. Mungkin tadi malam aku hanya sedang kesepian. Aku hanya butuh perhatian dan suntikan  semangat dari  orang-orang yang ku sayang.

Tadi malam aku habiskan untuk berjalan-jalan sendirian. Berharap hutan-hutan beton yang megah itu bisa menghiburku.

Menumpangi bis kota tua yang lumrah sebagai transportasi orang orang kelas menegah kebawah. sebuah paradok ketika melihat kiri dan kanan hanya kemegahan ibu kota dan lampu-lampu yang menghampar bak langit malam cerah yang ditaburi bintang.
Aku mengunjungi One Pasific place yang terletak di salah satu gedung pencakar langit dikota ini. Bisa dibilang itu adalah komplek pertokoan yang sangat elit.
Pengunjung nya sangat sangat berbeda dari yang aku temui di dalam bis kota tadi.
Mereka berpakaian rapi, sepatu mengkilat, kulit yang bersih, tubuh yang harum dengan dibalut pakaian merk-merk ternama.
Aku berkaca. Meng-inventaris apa yang melekat dalam tubuh ku.
Aku mengenakan jins murah yang tidak bersetrika, sneakers belel, ransel butut bermerk yang aku dapatkan dari sebuah pasar loak,  dan kaos butut bernoda terkena tumpahan es cappuccino pada pagi hari nya. Dan lebih parah nya, aku berjalan-jalan sendirian. Jadilah aku seperti kurcaci yang tersesat di negri para dewa.
Bahkan penjaga toko pun beradandan lebih CLING dari ku. Hahaha.
Tidak apa-apa, terkadang menertawakan diri sendiri itu adalah hiburan.

Hmm…Anyway. Aku bisa sampai tempat itu karena ingin mengunjungi sebuah toko buku ternama. Aku ingin mengintip seorang penjaga toko buku manis dan pemalu yang aku temui kira-kira satu setangah bulan yang lalu. Entahlah.. aku hanya penasaran.
Tapi dua kali aku kesana dan tidak menemukan apa-apa.

Pulang nya, aku membeli dua buah lampu tidur yang berbentuk orang-orangan salju lengkap dengan syal dan kumpluknya. Aku mendapatkan nya dijajakan disebuah bis kota jelek di sebuah terminal di jakarta selatan Dengan harga 10 ribu rupiah. Lampu itu sangat manis, karena bisa berganti-ganti warna. Dan jadilah mereka sebagai penghuni baru singgasana ku.

Kira-kira  begitulah caraku untuk mendongkrak semangat dan menghibur diri sendiri ketika semangatku mulai pudar, dan sekarang semangat ku kembali berkobar. Lagi dan lagi.



Yah, Aku hanya berharap bisa sedikit melunakan ke kerasan mu, Ibu kota. Mari bersahabat dengan ku.

Sedikit selingan, mungkin lagu yang bisa mendeskripsikan diriku saat – saat seperti ini adalah lagu Duran duran – Ordinary world.




 Came in from a rainy Thursday
On the avenue
Thought I heard you talking softly

I turned on the lights, the TV
And the radio
Still I can't escape the ghost of you

What has happened to it all?
Crazy, some are saying
Where is the life that I recognize?
Gone away

But I won't cry for yesterday
There's an ordinary world
Somehow I have to find
And as I try to make my way
To the ordinary world
I will learn to survive


Passion or coincidence
Once prompted you to say
"Pride will tear us both apart"
Well now pride's gone out the window
Cross the rooftops
Run away
Left me in the vacuum of my heart

What is happening to me?
Crazy, some'd say
Where is my friend when I need you most?
Gone away

Papers in the roadside
Tell of suffering and greed
Here today, forgot tomorrow
Ooh, here besides the news
Of holy war and holy need
Ours is just a little sorrowed talk

And I don't cry for yesterday
There's an ordinary world
Somehow I have to find
And as I try to make my way
To the ordinary world
I will learn to survive


Every one
Is my world, I will learn to survive
Any one
Is my world, I will learn to survive





Tidak ada komentar:

Posting Komentar