3 december 2006 , 06.45. The saddest time of my life.
Today, 3 december 2013. I'ts been 7 years ago since your gone. Still missing you.
Aku menemukan foto masa mudamu di Ijazah usang. Tenang saja, masih kusimpan rapi semuanya :* |
7 tahun sudah aku menjadi Yatim. Ini bukan perayaan, ini hanya sebuah tanda...bahwa aku tidak pernah melupakan mu. Tidak bisa juga aku lupakan detik detik awal desember suram 7 tahun silam. Bagaimana kamu memberontak ketika dokter membawa mu ke ruang ICU dan memaksamu menelan selang sebesar ibu jari orang dewasa. Juga bau obat dan suara alat pendeteksi detak jantung yang membuat aku sangat khawatir. Aku dan saudara saudara ku hanya bisa menangis memandangi Tubuhmu yang mencoba menantang malaikat maut.
Jujur saja. Dulu aku tidak percaya pada kematian. Kematian hanya sebuah mitos bagiku. Aku bertingkah seperti aku adalah tokoh dewa-dewi khayangan yang abadi dan tidak bisa mati. Tapi aku akhirnya menyadari bahwa kematian itu pasti akan datang....seperti ketika kematian membawamu pergi.
Sejak kecil hingga 17 Tahun hidupku, aku selalu menyempil tidur dikamar mu dan ibu. Selalu begitu hingga aku semakin besar. Kita selalu tidur bertiga. Tidak peduli orang atau saudara ku mencemooh bahwa aku sudah besar dan masih saja tidur dengan bapak ibu ku. Seperti terakhir kali sebelum kamu dibawa kerumah sakit, ketika malam hari kita tidur bertiga seperti biasanya. Kamu bertingkah seolah aku bau karena belum mandi. Selalu kamu berkata bahwa aku harus rajin mandi kalo tidak kamu tidak akan mau memeluk ku. Aku hanya tertawa tawa tengil. Lalu tidak lama ranjang kita ambruk karena sudah terlalu tua. Kita pun tertawa terbahak-bahak. Itu karena aku sudah semakin besar katamu..dan pasti dampak karena aku malas mandi. Kamu sering melontarkan joke seolah aku adalah balita yang bisa di kelabuhi ...dan akupun kadang percaya dengan hal itu. Haha.
Kamu itu ayah yang keren bagi ku. Kamu pintar dan baik hati.
Sering kamu berhenti di jalan hanya untuk menyingkirkan paku atau beling dari jalan tersebut. Katamu kasihan jika ada orang yang mengenai paku atau beling itu. Kaki nya bisa luka, atau ban kendaraan nya bisa bocor. Sebegitu perdulinya kamu dengan orang lain.
Itu hanya hal kecil. banyak hal lain yang sering kamu lakukan menyangkut kebaikan dengan sesama manusia.
Kamu juga pintar. Kamu sering mendengarkan lagu lagu barat. Memiliki selera yang cukup bagus, berbeda dengan bapak bapak seusiamu. Kamu sering membaca buku buku kesehatan bahasa asing. Kamu suka membaca buku sejarah. bahkan buku sejarah disekolah ku pun adalah kamu yang palin sering membaca isinya. Kamu suka membaca, apa saja yang bisa menambah pengetahuan mu. Kamu adalah ayah yang pintar. Sering kamu mengajari ku membuat PR dan selalu nilai ku akan bagus. Termasuk PR matematika. dengan rumus-rumus hebat kamu mengajariku cara yang berbeda dari yang diajarkan guruku. Guruku bertanya apakah aku ikut pelajaran tambahan atau Bimbel diluar sekolah, dan aku bilang bahkan dalam riwayat hidupku aku belum pernah ikut bimbel. Ayahku yang mengajarkan nya, dan guru ku bilang ayahku pintar.
Tentu saja.
Dulu ketika malam hari kamu sering tidak bisa tidur, maka kamu akan menonton bola. Sambil menghabiskan sekantong besar kacang kulit dan beberapa botol bir. Tengah malam aku akan bangun mencarimu keluar keruang TV. Kamu akan mengajak ku membantu mu menghabiskan kacang kulit sambil menonton tv. Ketika aku ingin mencicipi Bir mu kamu melarangnya kamu bilang itu adalah obat. Akhirnya kamu hanya memberiku sofdrink untuk mengelabuhiku. Begitulah rutinitas kita hingga aku tertidur.
Aku ingat ketika aku duduk di bangku SMA dan kamu mengambil raport ku untuk yang terakhir kali. Dilantai 3 paling atas sekolahku. Aku berlari lari menyemangatimu agar bisa menaklukan anak anak tangga itu. Kamu tampak sudah sangat letih, kamu tertawa-tawa berpegangan ditangga sembari mengatakan bahwa dengan cepat kamu akan menyusulku. Tampak beberapa kali kamu bersandar di dinding, terlihat letih. Aku tertawa mengejekmu. Tidak lama ada seorang teman bertanya, siapa yang wali yang mengambil raportku. aku jawab, Ayahku. Temanku mengira bahwa kamu adalah kakek ku. Ahaha jahat sekali dia. Tapi setelah aku lihat lagi... Kamu memang sudah mulai menua...Rambut sudah memutih hampir diseluruh bagian dan kepalamu sudah semakin botak. Aku ingin sekali menutup mata soal itu. Karena kamu sering berjanji....bahwa aku tidak perlu khawatir. aku akan besar dan sekolah setinggi tinggi nya. Kalau bisa jadi dokter. Kamu bilang akan berjuang untuk ku, dan akan menjadi wali dalam pernikahan ku nanti. Makanya... aku tidak pernah khawatir...sampai saat kamu pergi dengan alasan...Takdir.
Sekarang aku hampir 25 tahun. 7 tahun sudah aku hidup tampa mu.
Aku menulis ini sebenarnya tidak ingin bersedih sedih lagi. Hanya ingin mengenang mu.
Aku yakin kamu disana bahagia. Mungkin kamu bukan orang yang Ta'at, tapi kamu orang yang baik. Dan aku yakin kamu mendapat tempat yang paling baik disana. Sambil mengawasi aku dan kakak-kakak ku dari sana. Aku yakin kamu sekarang tersenyum. Kami disini semakin rukun, berbeda dengan masa kecil kami dulu. Mereka sudah bertambah dewasa dan bijak. Juga hidup berkecukupan. Tinggal aku saja yang harus berjuang untuk hidup yang lebih baik. Aku sudah letih hidup susah dan pas-pasan hehehe.
Doakan ya pak...
I Love you
Aaaak.... *peyuk monkicih*
BalasHapusWalaupun kamu cuma bisa 17 tahun hidup sama bapak, at least kamu lebih beruntung dari aku yang punya bapak tapi kaya nggak punya, sejak aku umur 8 th.
Harus tetep bersyukur. :''')))))